Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Budidaya Rumput Laut Euchema Cottoni Dengan Metode Rakit Apung

Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor perikanan di Indonesia. Berdasarkan informasi KKP bahkan menargetkan ekspor budidaya rumput laut sebesar 10,99 Juta ton rumput laut pada tahun 2020.

Untuk mencapai target tersebut tentunya dibutuhkan penanganan budidaya rumput laut yang tepat. Jika meninjau di lapangan, penerapan metode budidaya dapat memberikan perbedaan hasil. Semakin baik rumput laut yang dihasilkan semakin tinggi pula harganya. Hasil yang baik inilah yang tentunya diinginkan.

Salah satu rumput laut dengan harga jual yang cukup tinggi adalah Euchema cottoni. E cottoni merupakan jenis rumput laut yang dibudidayakan di daerah dekat pesisir yang umumnya ditemukan hidup di air laut dekat bibir pantai.

Berbeda dengan jenis Gracillaria yang memiliki tallus kecil dan lebih cocok dilakukan budidaya di tambak dengan metode budidaya lepas dasar.

Budidaya Rumput Laut Euchema cottoni dengan Metode Rakit Apung

Budidaya rumput laut metode rakit apung sekilas mirip dengan metode long line yang sudah sangat umum diterapkan oleh pembudidaya.

Kemiripannya adalah sama-sama dilakukan dekat dengan permukaan air. Selain itu dari segi model sebenarnya serupa, sama sama membutuhkan tali bentangan sebagai wadah rumput laut. Hanya saja metode rakit apung tidak seluas bentangan jika menggunakan metode long line.

Seperti namanya metode ini menggunakan wadah yang akan menyerupai fungsi rakit. Wadah yang digunakan, atau tepatnya rangka utama sebagai penyanggah tali ris biasanya menggunakan bahan yang mampu mengapung dengan baik di dekat permukaan air.

Biasanya secara tradisional menggunakan bambu yang memang secara alami memiliki sifat mudah mengapung. Bambu ini akan menjadi rangka utama sebagai tempat mengaitkan tali ris.

Model Budidaya Rakit Apung

Anda mungkin sedikit bingung bagaimana model dari rakit apung yang nantinya akan dibuat. Sebenarnya bentuknya cukup segi empat, entah itu persegi atau persegi panjang.

Budidaya Rumput Laut Euchema Cottoni Dengan Metode Rakit Apung
Sumber : https://ndkbluefin.wordpress.com/

Agar rangka tetap kokoh maka gunakan bambu bulat yang tidak pecah atau retak. Pada setiap sudut bisa dipasangkan bambu sebagai penahan agar rangka menjadi lebih kokoh.

Pada sudut juga nantinya akan diberi pemberat. Fungsinya adalah agar wadah budidaya tidak terlalu dekat dengan permukaan sehingga rumput laut tidak muncul ke permukaan dan akan terhindar dari paparan matahari secara langsung.

Selain pemberat juga diberikan pelampung agar posisi wadah budidaya euchema tetap pada posisi dekat permukaan. Keuntungan jika berada pada posisi agak dekat dengan permukaan adalah masih mudah dijangkau oleh sinar matahari. Sehingga rumput laut dapat memanfaatkannya entah itu untuk berfotosintesi atau manfaat lainnya.

Pelampung ini bisa berupa botol air mineral bekas ukuran 1 liter. Nantinya pelampung dikaitkan dengan tali yang menghubungkannya dengan tali ris wadah tumbuh rumput laut.

Rakit apung dapat dibuat saling mengait dengan menggunakan tali. Sehingga posisi masing-masing rakit tetap saling berdekatan dan pada lokasi yang ditentukan. Secara sederhana dilihat pada gambat berikut.

Budidaya Rumput Laut Euchema Cottoni Dengan Metode Rakit Apung
Sumber : https://ndkbluefin.wordpress.com/

Kelebihan dan Kekurangan Metode Rakit Apung 

Selain mengenal sekilas bentuk dan model budidaya metode rakit apung, selanjunya wajib untuk mengetahui lebih jauh apa saja kelebihan dan kekurangannya. Sebab semua metode yang populer sekalipun pasti memiliki sisi kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Kelebihan Metode Rakit Apung

Metode ini memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya menjadi sangat layak untuk diterapkan. Diantaranya :

  • Rumput laut memperoleh intensitas cahaya matahari yang mencukupi. Keuntangan metode ini adalah bisa dipastikan rumput laut akan selalu memperoleh paparan cahaya matahari yang cukup. Hasilnya tentunya pertumbuhan tallus yang lebih baik. Warna tallus juga menjadi lebih cerah.

  • Keberadaan arus menjaga kualitas air. Keunggulan budidaya yang dilakukan di laut adalah adanya arus alami yang bisa membantu menjaga kualitas air agar tetap terjaga. Sirkulasi ini tentunya membuat air yang digunakan terus saja berganti. Sehingga potensi penurunan kualitas air dapat dihindari. Selain itu arus sebenarnya sangat baik bagi tallus, sebab dapat menggerak-gerakkan tallus yang secara alami bisa membersihkan kotoran yang melekat. Hasilnya adalah rumput laut yang tumbuh sehat dan berwarna cerah.

  • Rangka jauh lebih kuat. Nah nilai plus rakit apung dari metode long line adalah rangka wadah yang boleh dikata lebih kokoh. Ini sebenarnya sangat menguntungkan sebab walau kita sudah melakukan peninjaun lokasi dengan arus yang sesuai namun cuaca yang berubah bisa memengaruhi umur wadah budidaya. Rangka yang lebih kokoh seharusnya mampu menopang tali ris sebagai wadah tumbuh rumput laut.

Kekurangan Metode Rakit Apung

Selain memiliki kelebihan yang menjadi daya tarik, metode ini juga memiliki beberapa kekurangan yang menjadi faktor pembatas dalam melakukan kegiatan budidaya.

  • Biaya yang dibutuhkan lebih besar. Sebenarnya hampir sama dengan metode long line, yakni membutuhkan biaya yang cukup besar untuk menerapkan metode ini. Sebab harus menyediakan tali ris yang memiliki harga tidak murah. Belum lagi untuk membeli bahan pelampung.

  • Jika posisi terlalu dekat permuakaan rumput laut menjadi rawan terkena air hujan. Air hujan sebenarnya berdampak buruk bagi kualitas rumput laut. Bahkan parahnya rumput laut yang terkena air hujan akan memutih dan mati. Tentunya ini sangat merugikan.

  • Sama halnya jika terlalu dekat permukaan maka rawan terkena paparan matahari berlebih. Jika rumput laut terkena matahari langsung dapat mematikan rumput laut, atau menghambat pertumbuhan.

  • Aplikasi metode rakit apung lebih rumit. Rumitnya metode rakit apung hampir sama dengan metode long line. Bibit euchema harus diikat pada tali wadah dengan jarak 15-20 cm per ikatan. Bisa dibayangkan jika membutuhkan tali bentangan sabanyak 25 buah yang masing masing harus diisi dengan ikatan bibit rumput laut. Cukup rumit bukan ? terlebih lagi dengan pemasangan wadah yang dilakukan di laut.

Cara Budidaya Rumput Laut Metode Rakit Apung

Budidaya rumput laut dengan cara rakit apung dapat dilakukan di daerah yang memiliki arus yang tidak terlalu kuat, agar rakit tidak mudah rusak. Sebaiknya pemilihan lokasi adalah daerah yang terlindung dari angin laut dan bukan area dekat muara sungai.

Cara budidaya rumput laut pertama-tama adalah dengan membuat rangka utama sebagai wadah tumbuh nantinya. Bahan yang digunakan berupa bambu bulat yang tidak retak dan berumur cukup tua. Jangan gunakan bambu yang terlalu mudah karena sangat mudah pecah.

Bentuk wadah segi empat dengan memberi siku pada masing-masing sudut agar rangka rakit tetap kokoh. Selanjutnya adalah mengikat rumput laut pada tali ris. Jarak antar ikatan adalah 15-20 cm. Jika terlalu dekat bisa menghambat pertumbuhan. Jika terlalu berjarak maka jumlah bibit yang digunakan terlalu sedikit, sehingga hasilnya pun juga kurang.

Pemasangan bentangan pada rangka dilakukan setelah berada di lokasi budidaya. Usahakan bibit rumput laut tidak terlalu lama berada di daratan sebab dapat mematikan bibit.

Jarang tiap bentangan adalah 1 meter, bisa saja lebih rapat namun resikonya adalah pertumbuhan yang agak terhambat.


Nah itulah ulasan mengenai Budidaya Rumput Laut Euchema Cottoni Dengan Metode Rakit Apung. Terima kasih sudah membaca..

Post a Comment for "Budidaya Rumput Laut Euchema Cottoni Dengan Metode Rakit Apung"