Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Faktor Penyebab Budidaya Bioflok Gagal dan Kenali Ciri Bioflok Gagal

Faktor Penyebab Budidaya Bioflok Gagal dan Kenali Ciri Bioflok Gagal - Bioflok sejatinya merupakan salah satu teknologi yang sangat menunjang kelangsungan budidaya berkelanjutan. Setidaknya sistem bioflok telah diakui keberhasilannya menekan limbah hasil budidaya melalui pemanfaatan bakteri heterotrof dalam mengurai kandungan Nitrogen dalam air ke dalam bentuk yang lebih sederhana. Nitrogen dalam bentuk sederhata akan lebih ramah lingkungan.

Namun hingga saat ini metode budidaya bioflok masih cukup terbatas penerapannya. Bioflok pada dasarnya menggunakan prinsip pemanfaatan mikroorgaisme. Sehingga para pelaku budidaya harus benar-benar memahami ilmu atau teknis kegiatannya.

Apa kendala yang dihadapi saat ternak ikan lele? sehingga banyak yang masih gagal. Yah tentunya kegagalan pasti ada penyebabnya. Dan inilah yang coba kita bahas.

Pemahaman yang salah dan keliru tentang penerapan teknik budidaya sistem bioflok cenderung dikhawatirkan. Pasalnya saat baru dipopulerkan hingga saat ini masih cukup jarang diterapkan dan banyak pelaku budidaya yang gagal menerapkan budidaya sistem bioflok.

Padahal sebenarnya sistem bioflok adalah cara yang sangat praktis dalam membesarkan ikan konsumsi bahkan dari daya dukung lahan yang sangat kurang sekalipun. Meski demikian beberapa persiapan dan pengadaan sarana dan prasarana serta alat dan bahan bioflok terkadang jadi kendala.

Mengapa seorang pembudidaya lele gagal dalam proses budidaya lele sebutkan faktor faktor kegagalannya? Mungkin sempat ada yang menanyakan hal ini. Jadi artikel kali ini mungkin untuk mengobati penasaran kita semua.

 Faktor Penyebab Budidaya Bioflok Gagal

Inilah Beberapa Faktor Penyebab Budidaya Bioflok Gagal Sehingga Menimbulkan Kerugian

Sebenarnya budidaya bioflok sudah sangat diperkenalkan oleh BBPBAT Sukabumi dengan melakukan beberapa riset dan pengkajian sehingga menemukan penerapa teknik budidaya bioflok dengan lebih baik.

Meski demikian untuk permasalahan dalam budidaya bioflok tetap saja kerap dijumpai. Pada akhirnya jika masalah tersebut tidak ditanggulangi sedini mungkin dapat menyebabkan kegagalan. Nah berikut ini adalah faktor beberapa budidaya bioflok gagal dan mari kita kenali ciri-ciri bioflok yang gagal.

Nah adapun apa yang saya sampaikan ini adalah berdasarkan hasil kajian beberapa sumber dan hasil pemahaman selama melakukan praktik langsung budidaya nila bioflok di BBPBAT Sukabumi Jawa Barat. Jadi mari kita sama-sama belajar, jika ada yang keliru atau perlu ditanyakan silahkan tulis di kolom komentar yah...

Kualitas Air Kurang Baik

Untuk poin pertama dan paling terutama dalam budidaya adalah kualitas air. Bahkan budidaya ikan yang sebenarnya adalah tentang cara bagaimana untuk mempertahankan kualitas air itu sendiri. Untuk itulah mungkin teknik bioflok ini dilahirkan. 

Air yang sudah lama digunakan pasti akan mengalami penurunan kualitas yang signifikan kalau tidak dijaga. Maka bisa dilakukan beberapa cara seperti treatmet, penerapa sistem RAS, akuaponik, penggantian air dan juga Bioflok.

Nah dalam bioflok air bisa jadi salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan. Tentunya jika air yang digunakan sudah sangat tidak layak karena beberapa faktor. Seperti sumber air yang kurang bagus atau terdampak cemaran. 

Meskipun jika menggunakan air sumur maka sebaiknya perlu didiamkan barang sehari sambil diberi aerasi juga. Jaga-jaga jika di aerasi bisa membatu mengaduk dan menguapkan bahan-bahan yang kurang baik.

Bibit Ikan yang Terpapar Penyakit

Menurut pengalaman selama praktik bibit ikan yang sudah terpapar penyakit yah sudah tidak layak untuk digunakan. Misalnya saja pada budidaya ikan nila bioflok, jika bibit yang digunakan terpapar penyakit misalnya jamur maka bisa jadi ikan akan cacat, luka, organ tubuh tidak lengkap dan masalah lainnya.

Kasus seperti ini mungkin saja tingkat keberhasilan budidayanya akan sangat kecil meski diusakan dengan sangat maksimal. Jadi kebanyakan benih juga akan mati saat pemeliharaan. Dan dalam budiaya bioflok sendiri sangat dianjurkan bahwa ikan yang digunakan harus benar-benar sehat yah.. 

Kita akan menggunakan bahan seperti gula. Jangan sampai benih ikan nila atau lele yang digunakan membawa patogen ke dalam media budidaya. Karena tidak dipungkiri selain bakteri heterotrof juga ada mikroorganisme patogen lainnya yang juga gemar gula, seperti beberapa jenis jamur. Jadi HATI-HATI !!

Tidak Melakukan Tahap Quality Control Dengan Benar

Kembali lagi berdasarkan pengalaman semasa praktik di Sukabumi bahwa tahap QC sangat PENTING ! wajib hukumnya benih ikan yang akan dipelihara pada media bioflok melewati tahap ini sehingga yang dihasilkan nantinya untuk dipelihara adalah benih ikan nila, ikan lele yang berkualitas.

Jika tahap quality control tidak dilakukan atau malah diabaikan maka dikhawatirkan bibit ikan belum benar-benar siap untuk dipelihara pada media. Masalahnya seperti pada poin 2 adalah jangan sampai ada patogen atau ikan yang sakit ikut masuk ke dalam media.

Jika 1 saja ikan yang sakit membawa patogen ditambah kondisi lingkungan yang padat. Mana lagi kandungan bahan organik yang bisa dimanfaatkan oleh patogen akan jadi sebuah habitat yang sangat tepat bagi patogen menyebar.

Jika sudah demikian maka solusinya adalah ganti air sebagian hingga seluruhnya. Sehingga butuh perlakuan khusus dan aplikasi tambahan jika diperlukan. Pastinya hal ini menambah biaya lagi.

Salah Melakukan Aplikasi

Bahan-bahan yang bisa digunakan untuk memicu pertumbuhan bakteri heterotrof ada banyak. Ini biasanya kerap didapatkan semasa pemeliharaan ikan dalam aplikasi media bioflok. Namun pemilihan bahan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kegunaannya.

Bahan utama yang digunakan dalam media aplikasi bioflok adalah sumber bakteri heterotrof seperti probiotik, gula atau molase sebagai makanan bagi bakteri probiotik, garam krosok, dan kapur. Jika sobat budidaya ada racikan tersendiri Tolong komen di bawah yah ^_^. 

Dalam satu kolam dengan tingkat kepadatan tertentu perlu perhitungan yang tepat penggunaan bahan-bahan untuk aplikasi. Jika lebih akan mubazir. Tapi jika kurang dikhawatirkan bakteri yang dihasilkan tidak cukup untuk mengurai limbah yang dihasilkan. Alhasil sistem bioflok tidak maksimal bekerja dan terjadi penumpukan bahan organik utamanya Nitrogen berlebih di dalam bandar air.

Jika terus terjadi tanpa dilakukan tindakan maka akumulasi yang berlebihan pada saat tertentu bukan tidak mungkin jika memicu kematian bagi ikan. Utamanya pada saat-saat tertentu ketika kondisi oksigen menipis. 

Fungsi Aerasi yang Kurang Maksimal

Paham tidak 2 fungsi utama aerator dalam budidaya ikan sistem bioflok ? Jika sobat tidak tahu maka perbanyaklah baca literasi dan ilmu bioflok.  

Fungsi utama Aerasi dalam bioflok adalah sebagai sumber oksigen dan pengadukan. Oleh karena itu dalam setiap kolam ada beberapa titik aerasi yang digunakan. Fungsinya agar pasokan oksigen tersedia dengan cukup untuk memenuhi kebutuhan organisme di dalamnya.

Ingatlah bahwa selain ikan anda juga sedang mengupayakan keberlangsungan bakteri heterotrof di dalam media. Jadi pastikan suplai oksigen selalu tercukupi. Sebaiknya usahakan kandungan oksigen di minimal 5 atau paling tidak jangan jatuh dibawah 3.

Fungsi aerator juga adalah sebagai pengaduk agar tidak terjadi penumpukan bahan organik di dasar atau sudut kolam. Aerasi juga harus kuat agar pengadukan dan pasokan oksigen benar-benar terjaga. Makanya juga titik aerasi juga disebar secara merata agar memastikan pengadukan ini maksimal.

Jika tidak maka siap siap saja terjadi penumpukan bahan organik di dasar kolam. Alhasil bagian yang sangat minim kandungan oksigen akan memicu reaksi anaerob oleh bakteri anaerob. Dan perlu sobat pahami bahwa hasil dari reaksi ini adalah bahan-bahan yang bersifat racun bagi mikroorganisme. Otomatis juga kerja sistem bioflok jadi tidak maksimal karena tersaingai dengan keberadaan bakteri merugikan tersebut.

Jika demikian maka perlu dilakukan pergantian air sebagian atau hingga seluruhnya disusul dengan aplikasi tambahan jika diperlukan.

Ciri-Ciri Bioflok Gagal Pada Penerapan Teknologi Budidaya Ikan Sistem Bioflok

Nah setelah kita memahami beberapa hal yang kira-kira jadi faktor penyebab gagalnya usaha penerapan budidaya sistem bioflok maka selanjutnya adalah mari kita kenali ciri-ciri bioflok yang gagal.

Ada beberapa indikator yang jadi penentu bahwa penerapan sistem bioflok yang dilakukan mengalami kegagalan. Sekali lagi berdasarkan pengalaman di lapangan saya menemukan beberapa hal berikut :

Flok Tidak Terbentuk Ciri Utama Bioflok Gagal

Bioflok berarti gumpalan makhluk hidup yang berukuran renik. Gumpalan ini sebenarnya merupakan terdiri dari beberapa bahan (kita sebut bahan saja) yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan tambahan bagi ikan.

Untuk mengetahui apakah flok terbentuk atau tidak bisa dilakukan dengan melakukan pengukuran dengan bantuan alat berupa tabung yang disebut imhoff cone.

Caranya mengukur adalah dengan mengambil sampel air 1 liter kemudian diamkan selama 20-30 menit di dalam imhoff cone. Amati berapa ml flok yang terbentuk.

Awalnya flok akan bertambah secara perlahan. Di awal mungkin masih cukup rendah. Hingga nilainya akan terus meningkat seturut dengan lama waktu pemeliharaan. 

Jika terjadi penurunan biasanya menandakan populasi bakteri menurun atau ada masalah serius pada media.

Untuk mengecek flok bisa juga dilakukan dengan meraba dinding kolam. Jika terasa licin, seperti berlumut maka menandakan keberadaan flok.

Nilai pH Terlalu Tinggi atau Rendah

Nilai pH budidaya bioflok seharusnya cenderung netral. Hal ini sebagai dampat proses perombakan materi anorganik dan nitrogen oleh bakteri heterotrof.

Jika ph air cenderung terlalu mudah bergoncang maka sudah pasti menandakan adanya kesalahan. Mungkin flok tidak bekerja dengan maksimal akibat beberapa faktor.

Keberadaan Nitrogen yang berlebih sudah bakalan pasti menurunkan nilai ph. Ph yang terlalu asam berdampak pada penurunan nafsu makan ikan.dan Banyak dampat lainnya yang akan sangat merugikan.

Tercium Adanya Bau Tak Sedap

Nah bahayanya lagi jika bioflok yang dibuat justru menghasilkan bau tidak sedap layaknya budidaya konvensiona. Maka sudah pasti ini adalah kegagalan.

Jika demikian maka sudah dipastikan terjadi gangguan yang membuat kinerja bioflok tidak maksimal. Bisa saja karena terjadi penurunan populasi bakteri heterotrof sehingga perlu dilakukan aplikasi tambahan. 

Bau ini bisa disebabkan oleh gagalnya bakteri mengurai sisa metabolisme ikan sehingga jutru terjadi pembusukan yang menimbulkan bau tidak sedap.

Adanya Endapan di Dasar Kolam

Jika tercium bau maka sudah pasti ada endapan yang muncul di dasar kolam. Hal ini sebagai a
kibat gagalnya komponen pembentuk bioflok untuk menguraikan keberadaan bahan organik hasil metabolisme ikan.

Juga bisa disebabkan oleh pengadukan yang tidak sempurna. Jika terus terjadi akan terjadi penumpukan sisa metabolisme di dasar kolam yang lebih banyak sehingga memicu reaksi anaerobik di dasar.

Jika terus berlanjut maka secara perlahan akan memengaruhi kandungan Nitrogen hingga pH air menjadi asam. Disusul dampak yang timbul selanjutnya adalah bau tidak sedap hingga jika tidak dilakukan tindakan bisa berujung pada ikan yang mengalami kematian.

Baca juga : Manfaat Teknologi Bioflok Dalam Budidaya Perikanan

Nah mungkin itu sedikit yang bisa saya sampaikan seputar Faktor Penyebab Budidaya Bioflok Gagal dan Kenali Ciri Bioflok Gagal. Jika ada salah kata atau kurang jelas mohon dimaafkan dan sampaikan pendapat kalian melalui kolom komentar di bawah ini.. Salam budidaya HEBAT..

Post a Comment for "Faktor Penyebab Budidaya Bioflok Gagal dan Kenali Ciri Bioflok Gagal"